Kamis, 01 Mei 2014

motif batik burung huk



Bentuk dasar ragam hiasnya adalah seekor anak burung yang baru menetas, menggeleparkan kedua sayapnya yang masih leman berusaha lepas dari cangkang telurnya. Separuh badan dan kedua kakinya masih berada dalam cangkang. Ide dasarnya ialah pandangan hidup tentang kemana jiwa manusia sesudah mati. Disebut motif atau ragam hias karena dalam perwujudannya tidak pernah berdiri sendiri. Pada bolero batik dan kain batik, motif tersebut selalu dalam susunan estetis bersama motif dan pola yang lain. Misalnya, sebagai ceplokan denga latar grising, sebagai selingan motif parang, dalam bentuk mozaik dengan beberapa motif lain atau berbaur dengan pola nitik.
Diceritakan konon pada permulaan era Islam di Jawa, ada seseorang seniman yang ingin mendapat jawaban kemana manusia setelah mati. Di dalam diri seniman tersebut masih merambat akar akar budaya Hindu, sementara ajaran Islam mulai mempengaruhi pandangan hidupnya. Untuk medapat jawaban yang memuaskan hatinya. Si seniman melakukan meditasi zikir dan kontemplasi. Dalam khusuknya berzikir, ia menyebut asma Allah (Allah Huk Akbar, Allah maha besar) dan ketika hanya tertinggal satu kata “huk” dari mulutnya (dalam puncak zikirnya), dia melihat seekor burung yang baru mulai menetas, menggeleparkan sayapnya yang masih leman berusaha melepaskan diri dari cangkangnya namun kakinya masih tetap berada didalam telur. Ketikan terbangun dari meditasinya ia lalu merunung dan membuat kesimpulan bahwa kematian hanyalah kerusakan raga namun jiwanya tetap hidup entah dimana, mungkin mencari raga yang bari atau mungkin mencari Sang pencipta, Tuhan yang Maha esa. Dari kejadian tersebut terciptalah bentuk seni yang dinamai burung “huk”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar