Kamis, 01 Mei 2014

Bentuk filosofis dalam Seni Batik



Batik dalam konsepsi kejawen lebih banyak berisikan konsepsi konsepsi spiritual yang terwujud dalam bentuk simbol filosofis. Maksudnya erat dengan makna makna simbolis. Misalnya seperti motif burung garuda pada dress batik klasik atau tradisional. Sinjangan yang bermotif garuda sebenarnya bermula dari bentuk  burung garuda. Burung ini telah dipakai sebagai lambang pada masa purna Indonesia. Hal ini muncul pada panji panji sebagai lambang kendaraan menuju surga, misalnya pada candi candi dieng. Sedangkan ada perkembangan Hindu selanjutnya, terutama di Jawa Timur, burung garuda merupakan kendaraan dewa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tempo dulu motif garuda atau garuda ini digunakan oleh para priagung keraton atau kerajaan. Motif Garuda ini berubah saat Islam masuk, menjadi bentuk sayap atau Lar. Komposisi pengaturan daa penebaran pada sinjangan pun semakin terlihat bagus.
Sementara itu, munculnya Islam memberikan kematangan penciptaan bentuk bentuk yang ornamentis yang hingga saat ini djadikan kaidah pola pnciptaan batik dan sen batik. Misalnya motif parang yang dikombinasikan dengan berbagai bentuk lar sert pewarnaan yan modern menjadikan batik injangan tetap lestari. Disisi lain perkembangan daerah Lasem, Bayat, pekalongan, Wonogiri, atau daerah lainnyan bermuara pada seni batik yang dipengaruhi Islam. Gaya ornamentis pohon beringin, rumah, motif manusia dan gunungan mahameru ditebarkan sedemikian rupa pada kain batik yang bergaya ornamentis sehingga menjadi motif semen. Akan tetapi, gaya tersebut tiak meninggalkan pola pola lama yang bersifat purbakala, seperti kawung dan hiasan permadani 9yang terdapat pada cani) yang digubah menjadi motif trntum seperti sekarang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar